Friday, May 24, 2013

Belajar di Belanda Bagian 1 . (Bagian 1. Belajar mandiri dan lebih menghargai "kemewahan"yang didapat selama di Indonesia)


Saat saya membaca “trending topic” di tweeter maupun facebook dan social media di saat Lebaran mulai tiba suka senyum senyum simpul sendiri. Fenomena khas masyarakat kami yang masih sangat tergantung dengan peran asisten rumah tangga.

Jadi teringat saat masih tinggal di Indonesia 3 tahun lalu, kehidupan bak ratu belanda (eh ga tau juga bagaimana ratu belanda hidup ya) kunikmati. Mulai peran besar mengasuh anak belanja memasak hingga mencuci mensetrika dan bersih2 rumah selalu sudah berhasil diselesaikan dengan baik oleh asisten rumah tangga. Memang situasi masyarakat kita membuat profesi asisten rumah tangga adalah profesi yang paling banyak dicari dan diratapi saat ketidak hadirannya.

My great gratitude and appreciation for them. Masih ingat sekali saat aku diminta untuk memberikan pidato saat kelulusan program spesialisasi, aku khusus mencantumkan asisten kepercayaan dirumah kami yang mendapat ucapan terima kasih tak terhingga atas peran dia dalam membantu kestabilan rumah tangga kami hingga peran yang tak kecil dalam membantu mengasuh anak kami. Alhamdulilah sejak putri kedua kami berusia 3 tahun kami memiliki asisten kepercayaan yang sudah kami anggap saudara sendiri dan hingga kami pindah ke Belanda masih menjadi asisten kepercayaan hingga kini menjadi asisten kepercayaan adikku. Saya juga sempat marah saat ada yang meragukan kejujuran dia saat saya sempat meninggalkan keluarga saat awal sekolah PhD di Belanda. Karena kehilangan dia adalah kehilangan yang berarti untuk saya.

Saat memutuskan untuk pindah ke Belanda awalnya kami cukup merasakan kehilangan itu. Terutama putri kedua kami yang memiliki ketergantungan tinggi padanya.Bahkan ada ayam goreng tepung favorit putri kami pun khusus menggunakan resep dia. Hingga masih teringat minggu lalu putri kedua kami meminta masakan tersebut saat saya menanyakan keinginan apa untuk masakan dia hari itu. Saya khusus meghubungi adik saya agar bisa mendapatkan resep ayam goreng ala asisten kepercayaan tersebut :)

Kepindahan kami ke Belanda ternyata juga mendapatkan manfaat berupa pembelajaran untuk lebih mandiri bagi kami dan kedua putri kami dan menghargai kemewahan yang kami dapat selama di Indonesia. Waktu yang perlu disediakan mulai dari bangun tidur mandi sarapan berangkat sekolah dan kegiatan lainnya harus lebih dihitung dengan benar dan tepat. Memang kondisi lingkungan yang tidak berdebu cukup memudahkan kami untuk tidak harus menyapu dan mengepel lantai setiap hari. Sedangkan hal-hal lainnya sepertinya juga membutuhkan tenaga dan koordinasi yang sama.

Pembagian tugas dirumah menjadikan kami berempat menjadi lebih kompak. Ayah memiliki tugas untuk menyiapkan sarapan,memasukkan cucian dan bersih2 . Ibu bertugas melipat baju memasak untuk seluruh keluarga membersihkan kamar mandi dan WC, kedua putri kami bergantian untuk menjemur cucian, mencuci piring, dan membersihkan kamar masing2 dan untuk putri pertama mendapat tambahan menyedot debu tiap hari Minggu. Tugas kami berempat kurang lebih sama mengingat tugas kami yang sama juga sebagai seorang pelajar :)

Sesuatu yang sepertinya sangat sederhana , namun disela sela kegiatan rumah tangga yang kami kerjakan , kami menjadi makin bersyukur atas kemewahan yang pernah kita alami selama di Indonesia. Kemewahan untuk tinggal memakai baju yang sudah tergantung rapi, kemewahan untuk langsung menyantap makanan, kemewahan untuk menikmati kerapian rumah dan kemewahan lainnya.

Saat kami pulang ke Indonesia , asisten rumah tangga kami juga merasakan perubahan sikap dan perilaku kedua putri kami yang makin mandiri, makin menghargai dan makin sayang dengannya. Meskipun sejak di Indonesia mereka juga sudah menyayangi “mbak” mereka dengan sangat namun setelah kami tinggal di Belanda rasa respek dan menghargai makin timbul di lubuk hati mereka.

Sekelumit cerita kecil tentang pelajaran hidup, yang mungkin banyak dirasakan oleh teman kita yang harus tinggal di luar negeri, namun perlu dibagi dan diceritakan untuk saudara dan sahabat kami di Indonesia. Semoga ini semua membuat kita merasa makin ringan dan tidak berat saat harus mengerjakan pekerjaan yang selama ini kita kira pekerjaan mudah dan spele, namun ternyata cukup memakan pikiran tenaga dan waktu apalagi bila sedang dikerjar “deadline” :). Anw and btw saya pribadi juga bersyukur karena pekerjaan rumah tangga bias kami bagi berempat dan mungkin akan berbeda bila anak2 masih kecil dan belum sebesar kedua putri kami.

Housework is something you do that nobody notices until you don't do it.
~Author Unknown



Thursday, April 25, 2013 at 1:47pm

No comments:

Post a Comment